Ad Code

Responsive Advertisement

Kisah Dibalik Foto Selfie

Pertamanya selfie pakai jilbab.

Foto diatas adalah foto selfie yang saya ambil pada saat sholat id tahun 2008, tahun ke 6 saya menikmati lebaran di negeri beton Hong Kong. Waktu itu untuk pertama kalinya saya ikut sholat id. Tahun-tahun sebelumnya saya tidak pernah ikut, karena tempat tinggal saya jauh dari lokasi sholat id sehingga harus berangkat pagi-pagi sekali. Apalagi lebarannya tidak pasti hari minggu, saya yakin majikan saya yang super bawel tidak akan mengijinkan saya libur untuk mengikuti sholat id.



Saking yakinnya tidak mendapatkan ijin, ketika saya pindah majikan untuk yang ke 4 kalinya, saya tetap tidak berani minta libur untuk sholat id. Apalagi saya baru beberapa bulan bekerja pada keluarga tersebut. Tapi saya kaget ketika Sir bertanya "Tari, kamu ndak ikut sholat di Victoria Park?. Indonesia hari raya khan?", kira-kira seperti itu pertanyaan Sir dalam bahasa Indonesia. "Lho, saya boleh ikut?", jawab saya tak percaya. "Ikut saja, nanti bapak juga kesana jaga keamanan", Mom ikut menyahut obrolan kami. Saya girang bukan kepalang mendapatkan ijin dari keduanya.

Kebetulan Sir polisi, jadi ikut partisipasi menjaga keamanan sholat id dan beliau juga tahu hari H sholat id karena sudah di booking jauh-jauh hari oleh pihak KJRI. Sedangkan Mom seorang pengacara (pengangguran banyak acara), jadi saya bisa libur kapan saja karena nenek asuhan saya ada yang menjaga.

Setelah mendapat ijin, saya malah bingung karena saya tidak punya jilbab apalagi baju muslim. Mau beli, tidak ada waktu dan juga tidak punya uang. Kemudian saya telpon seorang teman, namanya Ena. Saya menceritakan masalah saya dan Ena janji mau meminjamkan salah satu baju muslimnya untuk saya. Saya lega, dan langsung deg-degan membayangkan bisa ikut sholat id di Hong Kong.

Ketika Hari H, saya bangun lebih awal untuk menyelesaikan tugas-tugas saya. Setelah semua tugas selesai, saya segera siap-siap. Saat memakai baju muslim pinjaman dari Ena, butuh waktu agak lama untuk menumbuhkan rasa percaya diri saya. Karena ini untuk pertama kalinya saya pakai jilbab selama bekerja di Hong Kong. Saya malu, saya takut kalau ndak pantas, tapi saya berusaha menepis semua perasaan itu dan segera berangkat.

Saya memilih naik MTR (kereta bawah tanah) agar lebih cepat sampai. Dan sesampainya di Stasiun MTR Causway Bay saya segera menghubungi Ena yang sudah lebih dulu sampai. Saya segera memastikan keberadaan Ena dimana. Karena setiap lebaran tiba, mendadak jaringan telpon jadi super sibuk. Apalagi kalau sudah memasuki area Victoria Park, provider langganan yang biasanya anti lelet seperti smartfren pun juga tidak bisa dipakai untuk menghubungi siapapun, kalaupun bisa suaranya putus-putus.

Sepanjang perjalanan menuju lapangan Victoria Park, saya berpapasan dengan mbak-mbak sesama TKW yang berbusana muslim. Setelah sampai di lapangan dan berhasil menemukan Ena dkk, sayup-sayup mulai terdengar suara takbir. Hati saya berdesir aneh, detak jantung rasanya berdetak lebih cepat. Ini takbir pertama yang saya dengar langsung setelah hampir 6 tahun meninggalkan Indonesia.

Telapak tangan mendadak terasa dingin dan berkeringat. Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan saya, tapi yang jelas saya takjub melihat banyak orang yang hampir semuanya memakai jilbab atau mukena. Victoria Park yang biasanya dihuni oleh berbagai jenis manusia, ada lesbian, ada yang jalan sama orang pakistan, ada pengajian dll. Hari itu berubah menjadi lautan manusia muslim yang akan melaksanakan sholat Id. Apalagi ada teman yang nyeletuk "kayak sedang ibadah haji di Mekkah ya". Makin bergetar saja hati saya saat itu, hanya seperti itu saja rasanya sudah luar biasa, apalagi kalau benar-benar berada di Mekkah sana?.

Sampai akhirnya, pembawa acara membacakan susunan acara. Ada sambutan dari ketua panitia, dari pihak KJRI, yang suaranya tidak begitu jelas karena hiruk pikuk para jamaah. Setelah sambutan selesai, sholat Id yang dipimpin seorang ustad dari Indonesia di mulai. Suasana sunyi senyap, yang terdengar hanya suara imam melalui pengeras suara.

Dan setelah sholat id selesai dilaksanakan, keramaian kembali terdengar. Semua ngobrol dengan kelompoknya sendiri-sendiri tanpa memperdulikan suara pak ustad yang sedang khotbah. Namun ketika pak ustad membacakan do'a, suasana kembali sunyi meskipun ada satu dua yang masih ngobrol. Awalnya yang terdengar hanya kata amin... amin....amin. Tapi lama-kelamaan suara isak tangis mulai terdengar. Mungkin lantunan do'a yang diucapkan pak Ustad begitu menyentuh dan menyayat hati.

Sedangkan saya? Hati saya masih terlalu keras untuk diluluhkan oleh lantunan do'a pak ustad. Saya masih bisa menahan air mata. Tapi ketika pak ustad mengucapkan kata "Ya Allah.... hewan saja mengerti siapa pasangannya, tapi kenapa manusia yang punya akal malah tidak tahu siapa pasangannya?. Banyak saudara-saudara kami yang mencintai kaum sejenisnya. Ya Allah.... ampuni dosa kami, tunjukkan kepada mereka jalan yang Engkau ridhoi". Makjleb rasanya, kata-kata pak ustad tersebut mampu meluluhkan kerasnya hati saya dan saat itu juga air mata tak mampu saya bendung. Saya ingat dosa-dosa saya di masa lalu.

Sampai do'a selesai dan semua saling maaf-maafan, saya masih terisak-isak sambil berpelukan dengan sahabat-sahabat saya. Sahabat yang menjadi pengganti orang tua, pengganti saudara dan juga keluarga saat berada di negeri orang. Sahabat yang mau menerima segala kekurangan saya, sahabat yang tak bosan menasehati saya meskipun nasihat itu tak pernah saya dengarkan. Ya.... mereka adalah sahabat yang selalu ada buat saya tapi saya tak menghiraukannya.

Setelah hari itu, saya berjanji pada diri saya sendiri. Saya mau berubah, saya ingin jadi istri sholehah, saya ingin jadi sahabat yang baik untuk mereka yang selalu ada buat saya. Mungkin ini yang disebut hidayah. Hidayah yang datang dari orang yang tak saya kenal. Tapi untuk berubah itu tidak mudah, semuanya butuh proses.

Hingga akhirnya ada keinginan berhijab dalam hati saya dan saya mengutarakan niat itu kepada suami yang saat itu sudah bekerja di Taiwan "Mas, aku pingin pakai jilbab". Suami tidak menjawab, tapi malah menangis. "Lho kenapa menangis mas?", tanya saya penasaran. "Aku terharu, aku bahagia dek", jawab suami sambil terisak.

Selama ini suami memang tak pernah memaksa saya untuk berubah menjadi apa yang beliau inginkan. Meskipun dalam hatinya ingin saya berubah tapi beliau tidak mau mengungkapkannya. Yang suami inginkan, saya berubah atas keinginan sendiri, bukan karena paksaan.

Sejak saat itu, saya semakin yakin dengan keputusan saya. Saya harus berubah menjadi lebih baik. Dan alhamdulillah.... setelah niat saya baik, Allah pun memberi kemudahan kepada saya. Saya yang 3x mendapat majikan jahat, akhirnya bisa bekerja di dalam keluarga yang semua penghuninya baik. Tapi saya tidak bisa terlalu lama bekerja dengan mereka, hanya 3,5 tahun saja. Saya harus kembali ke Indonesia dan membangun keluarga kecil saya.

Semoga kedepannya saya bisa menjadi istri yang baik buat suami dan menjadi ibu yang baik buat anak-anak saya. Amin.
Artikel ini diikutkan pada Lomba Selfie Story Bersama Smartfren

Post a Comment

14 Comments

  1. aamiin....nggak nyangka ya mbak,dapet majikan yang mengingatkan.jarang2 lo,di hongkong pula... :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak alhamdulillah, setelah 3x dapat majikan jahat akhirnya dapat majikan baik juga :)

      Delete
  2. Replies
    1. Iya alhamdulillah mbak

      Terima kasih atas kunjungannya ya mbak :)

      Delete
  3. Aamiin. Insya Allah menjadi istri yang sholehah ya

    ReplyDelete
  4. Subhanallah... yang namanya hidayah ya Tarry..
    Semoga Tarry selalu istiqomah.. aamiin..

    ReplyDelete
  5. Ada banyak kendala kecil ketika ngawulo di negeri sekuler ya mbak. Beruntung di tempat kerja yg ini baik hati dan tenggang rasa. :)
    Saking berkesannya sampai masih ingat kotbahnya. (y)

    ReplyDelete
  6. Seru ya bisa foto bareng sahabat2 kaya gitu :D saya jg ikutan.www.novawijaya.com/2015/04/selfie-story-in-beautiful-island.html

    ReplyDelete

Terima kasih atas kunjungannya.

Ad Code

Responsive Advertisement