Berwirausaha adalah salah satu cita-cita saya setelah lulus SMEA dan karena cita-cita tersebut, saya bisa sampai ke negeri beton Hong Kong. Waktu itu saya punya keahlian menjahit dan saya ingin menjadi penjahit profesional. Tidak seperti emak yang hanya menjadi penjahit lokal yang pelanggannya orang kampung dan sekitarnya.
Kebetulan saya sempat kerja di Sablon & Konveksi serta disuruh mengelola depot milik Pak Boss bersama 2 orang teman. Jadi sedikit banyak saya belajar berwirausaha melalui pak Boss. Sebenarnya gaji kerja disana sudah lebih dari cukup untuk seorang gadis yang masih belajar kerja.
Tapi saya berpikir, bagaimana saya bisa mengembangkan usaha menjahit saya kalau tetap kerja disana. Sedangkan harga mesin obras besar sekitar 5 jutaan, berati butuh beberapa tahun kerja agar bisa membelinya sendiri. Bisa saja sich minta emak yang waktu itu masih kerja di Arab, tapi saya tidak mau merepotkan emak. Saya ingin mandiri, ingin wirausaha sendiri tanpa harus menyusahkan emak lagi.
Karena niat saya begitu kuat untuk mandiri, maka sayapun nekad menjadi TKW Hong Kong dengan tujuan untuk mengumpulkan modal usaha. Berbagai kata-kata manis dan iming-iming yang diucapkan oleh penyalur tenaga kerja semakin membulatkan tekad saya untuk menjadi TKW. Ketakutan-ketakutan yang sebelumnya saya alami mendadak hilang, yang ada hanyalah bayangan tentang tumpukan dollar yang akan mewujudkan apa saja yang saya inginkan.
Tapi ternyata, kenyataan yang terjadi sangat jauh dari harapan. Setelah menunggu selama 9 bulan 10 hari di penampungan calon TKI di Surabaya saya baru bisa berangkat ke Hong Kong. Dan setelah sampai di Hong Kong saya hanya mendapatkan gaji HK $1800, seharusnya gaji waktu itu HK $3670.
Meskipun hanya mendapat gaji segitu, seharusnya saya bisa lebih irit agar bisa nabung. Tapi kenyataannya ada beberapa teman yang tega menipu saya. Sehingga selama 2 tahun kontrak kerja, hidup saya diwarnai dengan ditipu, utang sana utang sini, bayar HP sampai ribuan dollar dan dipotong gaji oleh majikan karena melakukan kesalahan.
Lalu apa kabar dengan cita-cita saya menjadi penjahit profesional? Cita-cita itu menguap begitu saja bersamaan dengan makin banyaknya penjahit-penjahit baru di kampung saya. Dan cita-cita pun berubah, tapi masih tetap ingin berwirausaha yaitu menjadi pengusaha catering. Saat itu emak sudah berhenti jadi TKW Arab dan punya usaha bikin segala macam kue basah. Selain menerima pesanan kue basah, setiap hari emak jualan peyek, bothok, dsb untuk dijual keliling kampung.
Karena usaha emak tersebut sudah berjalan dan banyak yang mengenal, sayapun ingin mengembangkannya agar lebih besar lagi. Bahkan saya ingin mendaftarkan sambel pecel dan dodol tomat emak ke depkes (Departemen Kesehatan). Kalau sudah terdaftar di depkes khan bisa masuk supermarket atau bahkan di eksport ke Hong Kong?.
Saya merasa ide saya itu keren sekali (gapapa donk muji diri sendir), karena sangat sedikit TKW yang berfikir seperti saya. Kebanyakan berfikirnya "Ach, di Indonesia mau kerja apa?", "Di Indonesia cari kerja susah", di Indonesia begini dan begitu seolah hanya Hong Kong tempat mencari nafkah. Sehingga mereka enggan untuk pulang ke Indonesia. Sedangkan saya? Merasa sangat siap ketika harus berhenti jadi TKW meskipun jumlah tabungan tidak terlalu banyak.
Tapi....lagi-lagi kenyataan yang terjadi tidak sesuai harapan. Ketika saya dan suami pulang ke Indonesia pada 11 Nopember 2011, kami segera konsultasi dengan guru ngajinya suami. Dan saya mengutarakan rencana saya. Eh beliaunya bilang "usaha itu kalau joinan hasilnya kurang maksimal".
Saya baru sadar, saya pingin bikin usaha catering tapi saya sendiri tidak bisa masak sama sekali. Kalau saya nekad bikin usaha catering, itu berati saya harus kerjasama sama emak. Berati saya ga mandiri donk.
Akhirnya beliau mengusulkan usaha yang cocok untuk kami adalah toko meracang. Kami bingung, dimana kami harus buka toko? Rumah emak jalan buntu dan depan rumah sudah ada toko milik saudara. "Sudahlah, bisa-bisa", begitu kata beliau.
Tanpa disangka dan diduga, disaat kami bingung tentang toko, seseorang datang menawari sebuah kios kosong yang sudah tidak digunakan oleh pemiliknya. Konon pemilik pertama sakit kanker payudara dan pemilik ke dua mengalami kecelakaan setelah membeli kios tersebut. Sehingga, sempat lama kios tersebut kosong karena pada takut kena musibah juga.
Dan setelah mikir lumayan lama, akhirnya kami membeli kios tersebut dengan harga yang sangat terjangkau tapi kami hanya berhak menempati tidak berhak memiliki. Karena kios tersebut berdiri diatas tanah milik Dinas Pengairan.
Waktu itu saya sedang hamil muda, dan kebetulan setelah toko deal kami beli, saya mengalami keguguran. Reaksi semua orang adalah "Nah... itu gara-gara beli kios itu tuch, makanya keguguran". Saya berusaha kuat, semua keluarga memberi dukungan. Meskipun orang beranggapan seperti itu, tapi kami tetap membuka kios tersebut untuk tempat usaha.
Sebagian orang selalu mengingatkan agar banyakin do'a, banyakin dzikir agar diberi keselamatan selama menempati kios tersebut. Adem kalau ada yang menasehati seperti itu. Kami percaya kalau mahkluk kasad mata itu ada, tapi kami yakin selama kami tidak mengganggu mereka pasti mereka tidak akan mengganggu kami. Dan Alhamdulillah, februari kemarin sudah 4 tahun kami memanfaatkan tempat ini untuk usaha. Insyaallah kapling sebelah akan kami beli juga agar toko kami lebih luas.
Untuk kedepannya, saya ingin memanfaatkan mesin jahit tua milik emak untuk membuat prakarya yang bernilai jual tinggi. Menjahit itu tidak harus baju to? Seperti halnya yang dilakukan oleh Siswa Wirausaha SMK Itaco. Mereka mengahasilkan berbagai macam karya seperti pouch, tas, kaos, dll untuk dijual dan hasil penjualannya dimanfaatkan untuk membiayai siswa yang kurang mampu.
Dan seharusnya, Berwirausaha bisa menjadi solusi untuk para TKW/TKI kalau sudah capek kerja di Luar Negeri. Jangan hanya menuntut lapangan kerja ke pemerintah saja, saatnya mereka mantan TKW/TKI itu menciptakan lapangan kerja untuk mereka-mereka yang membutuhkan. Kalau misalnya belum bisa menciptakan lapangan kerja untuk orang lain, setidaknya untuk diri sendiri dulu dech. Agar apa yang kita dapatkan dari luar Negeri tidak habis perlahan-lahan karena tidak ada pemasukan sedangkan pengeluaran itu pasti.
Usaha di Indonesia itu susah. Ya memang. Semua butuh kerja keras, ketelatenan, berdo'a dan yang paling penting selalu bersyukur dengan apa yang kita peroleh meskipun kecil. Kalau kita bersyukur, sudah pasti rejeki kita akan semakin bertambah dan juga berkah. Amin.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway Semua tentang Wirausaha yang diselnggarakan oleh Suzi Icus dan Siswa Wirausaha
17 Comments
keren mbak Tarry. semangatnya perlu ditularkan ke TKI dan eks TKI lainnya nih. lewat blog ini salah satunya ya mbak. Semoga sukses untuk impiannya dan GA-nya. aaamiiin.
ReplyDeleteSemangat...
DeleteTerima kasih Mbak :)
inspiratif banget mba...
ReplyDeleteTerima kasih bang Day
Deletewah semangatnya luar biasa, aku doakan semoga sukses selalu
ReplyDeleteSekarang punyanya cuma semangat aja, dollar udah ga punya sich :)
Deletedodol tomat rasanya gimana mba? penasaran ingin coba
ReplyDeleteManis asem2 tomat gitu dech Mbak :)
Deletedodol tomat ya?
ReplyDeletehmm makin kreatif aja orang2 ini..
bagus juga sih utk menggerakkan perekonomian..
Iya, sekarang apa aja bisa dijadiin sesuatu yang bernilai jual tinggi. Kreatif semua pokoknya
Deletemantab mbak semangat berwirausahanya patut diacungi 4 jempol :D..."salam kenal dari arek jombang :D
ReplyDeletesemangat mbak mengembangkan usahanya sampai bisa di eksport ke hongkong :)
Amin...
DeleteTapi sekarang saingan terlalu berat :)
Sambil menjaga kios terus menjahit, wah... keren itu, Mbak, semoga terkabul dan sukses :)
ReplyDeleteIya,pinginnya sich gitu pak, tapi sekarang masih ada krucil yg suka bikin rusuh :)
DeleteMantap Mbak Tarry. Salut sama pola pikir dan usahanya. Nggak banyak yg punya pikiran sprti itu: kerja buat cari modal usaha. Sebagian yg kerja di LN yg ku kenal kerja niatnya cuma bikin rumah, atau merasa gaji kecil di sini. Habis itu sudah. Jarang yg mau mengembangkan diri untuk berwira usaha. meski bikin rumah juga penting sih. Bahkan banyak yg ga berhasil gegara gaya hidup yg berubah di negeri sana. eh, panjang bener komenku. maap kalo ada salah kata ya Mbak ^_^. Tapi semua memang kembali ke niat masing2 ya. Semoga usaha Mbak Tarry dan suami makin maju dan berkah ya Mbak. Kpn2 maen ke sana insyaAllah ^_^
ReplyDeletePunya duit tp klo nggak ngeh soal wirausaha ya tetep gak jln mbak. Beruntung mbak punya pemikiran utk itu
ReplyDeletewah ternyata ada dodol tomat ya mbak,aku baru tau nih. rasanya manis2 asam ya enak seger pastinya
ReplyDeleteTerima kasih atas kunjungannya.